Wednesday 3 October 2012

Peraduan kata


          Singkat cerita aku sedang tergila gila dengan akrobatik kata kata yang mereka sebut Sajak, beberapa bulan ini aku seperti anak kecil yang sedang menemukan Mythologi pahlawan idola baru yang menghapus semua kegundahan hatinya, bagai menemukan mainan baru yang membuatnya ceria, bagai mendapatkan hujan pasir dan genangan air di kamar yang membuatnya menjadi pantai, Kastil pasir itu yang dibangunnya bersama ember kecil terlihat indah dilihat dari berbagai kunci sudutpun. Senang bukan kepayang tersesat didunia sendiri dengan berteman alphabet yang dua puluh enam itu, mengotak atiknya menjadi lintasan roller coaster yang kunikmati dengan puas berdampingan dengan tuts tuts yang selalu indah terdengar saat ditekan dipadu dengan luap luapan merapi dalam otakku. Indah sekali menikmatinya seperti di dunia ini hanya milik aku dan kata.

          Dengan ditemani rimbunan buku yang beberapa hari kemarin aku beli di Gramedia, malam ini disentakkan dengan sebuah pesan, seperti biasa perasaan selalu meluap luap melayang bila handphone berbunyi langsung saja melayangkan tangan seraya menekan tuts “open” , isi pesannya biasa namun pesan berentet setelahnya yang membuat aku terpancing untuk berkata kata.

Oknum : “Aji Alkepoi”  (isi pesan abstrak seperti biasa, nama panggilan yang absurd)

A         : “Yaw” (ngejawab seadanya karena biasanya pesannya ga penting)

A         : “Yaw” (ini ngebales ke nomer keduanya sambil kesel gara gara ga dibales)

Oknum : “aya pameran buku di braga smpe mgu. Rk kditu om?”  (translate: Ada pameran buku di Braga, mau kesana om ?)  (OM???????pelissssss)

A         : “Hayuh banyak kecengan bukuh sayah teh K*** ... Besok yah ? sekalian **** “  (sengaja disensor biar pada keppo)

Oknum : “Sabtu weh. Bsk kulia + aya tgs euy .. Hehe”  (translate: Sabtu aja. Besok kuliah + ada tugas nih .. Hehe) (terus kalo lo ada tugas gw mesti bilang WOOOOOOOW)

A         : ”Ogituh, okey sambil makaan makan yah J “ (ya sekalian lah masa maen ga makan, ya laperrr)

Oknum  : ” Tidaa, gueh lg spirit.. Super irit.. J kcuali gueh mnjem doet Haha” (translate:ah itu pake bahasa indo semua juga cuma pake bahasa alay) ( curhat pak ? itu sih DL ya )

A          : “Hahah kalo cuman *** gue yang traktir deh”  (penasaran ya kenapa di sensor ? hahah)

Oknum  : “Aseek ... Mudah2an tiap mgu ada pameran..  “ (sebenernya sakit mata kalo baca sms tulisannya kaya gini semua ... aaah )

A          : “Mudah-mudahan?, itu tidak ada, hanya sekedar mitos” (mancing sebenernya buat ngebales puitis)

Oknum  : ”Berawal dari mitos jay! Haha eh sabtu mh kan ente ke kampus lain ? “ (Mulai nyambung, iya tahun ini saya sudah mulai kuliah, semua udah mulai nanya nanya, kepoo banget semua...)

A          : ”Mitos itu datang mendampingi ketiadaan...Kampus? Mungkin... aaah kata mungkin selalu datang dengan perasaan dilema” (ceileh ini so gini tapi jatohnya ko galau ya ????)

Oknum   : ”Ketika mitos mungkin menjadi suatu fakta yang tersamarkan realita. Sungguh kata katamu bagai durjana, membuat saya termanipulasi oleh suatu karakter berbisa..Haha “ (Yang ini nyambung beneran berhasil mancingnya, maksudnya gue kobra kali yah ??? )

A           : ”Apa boleh buat, turutisajalah apa kata hatimu, aku dengan hatiku, kamu hanya bingung bukan tersesat, kamu ikuti saja suaraku, menuju duniaku” (termasuk menyesatkan ga sih ini ???)

Oknum   : ”Duniamu bagaikan skripsi dengan penuh kata kata yang membingungkan dan takkan mudah ditelan tanpa adanya suatu analisa.. Haha sebaiknya bla bla bla.....*sensor* “ (Pusiiing??? Minum paramex aja)

A           :”Ya jangan kau telan bulat bulat kau akan muntah, eja saja perkata-nya skripsi dengan sentuhan artistik akan lebih indah dinikmat...Aku tidak ****** *sensor*  (ini ngetik sambil makan tapi ngomongin muntah, anehnya bisa kuat ya ? )

Oknum    : “Mungkin akan cukup menyenangkan bila muntahan anda itu tepat mengenai muka dosen penguji yang menyebalkan. Atau mungkin kepada anda yang tidak ingin membagi karya demi kemajuan bersama Hehe “ (disini rasanya kaya di judge deh, mengkerutlah ni muka sambil nyukur jenggot pake golok)

A            : ”Rasanya ada sesuatu di mulutmu yang manis itu yang bisa kubersihkan menggunakan sendal, Entahlah seperti pesan sms yang kusimpan di draff handphone tak kunjung kukirim karena mukaku terlanjur merajam merah”  (acieee cieeee mulutmu yang manissss ... !! *ehh )

Oknum    :”Haha mungkin kata kata saya terlalu kapital dan tidak berarah, sehingga membuat gangguan environtment pada siapapun yang bersilat lidah. Mungkin hanyalah efek galao pemuda. Hampura hehe “ (akhir kata sih katanya minta maaf, mulai lega perasaan neh *gelepar*)

A            :”Setidaknya tadi saatku mengatakan ‘tidak’, tidak membuatku tidak menjadi yang tidak tidak, haha terlalu berakrobatik seperti memuntahkan tanpa memakai tissue” (ini abstrak banget sebenernya sampe ga ngerti baca-nya juga)

Oknum     : “Saya sedang memancing ikan koi yang terperangkap didalam perut hiu, semakin dipancing semakin terlihat ia akan pantas keluar lewat semburan air pada punggung hiu, dan memantulkan keindahan corak warna siripnya oleh cahaya mentari pagi” (waaah terenyuh nih sama kata kata ini)

A             :”Kau fikir kamu Poweranger menyelamatkan yang lemah, tapi rasanya hiu itu membimbingku berevolusi dulu untuk pantas beradu dengan rindu diluar sana, terimakasih setidaknya saat keluar nanti aku tau harus kemana arah jalan pulang” (hiks hiks huft huft asssshhhhh hahah )

Oknum     : “Apakah koi itu lemah? Kalau lemah takkan mungkin dia bisa bertahan dalam perut seekor hiu. Dia mungkin hanya terperangkap di tempat yang bukan semestinya. Saya bukan Poweranger melainkan fruitaman yang mencegah koi itu terlanjur tumbuh kumis dalam masa remajanya”  (ini korban iklan kali ya ni anak, tapi itu terakhirnya nyindir kayaknya -_____- )

A             :”kapitalnya peraduan katamu melambungkan peta duniaku, seperti mendapatkan mutiara hitam yang dilegamkan, yang membuatnya berharga, lalu aku berusaha pulang” (hha ini mulai berakrobatik kata kata gaya koprol saltoooooooo)

Oknum      :”.........................................” (*kemudian hening* gadibales)

          Hah setidaknya terimakasih kepada yang memicuku untuk berkata kata malam ini, sengaja isi smsnya dibongkar ya hahah tapi sangat membangun sih, abis kalo disimpen di handphone suka hilang tak berbekas. Dan aku salah satu pelupa, setidaknya bila ditulis aku akan selalu mengingat semangat apa yang kau tularkan dalam pesanmu itu, ingatkan saya lagi kalau saya pelupa. Tak cukup satu paragraf untuk menggambarkan ungkapan terimakasihku.