Singkat cerita aku sedang tergila gila dengan
akrobatik kata kata yang mereka sebut Sajak, beberapa bulan ini aku seperti
anak kecil yang sedang menemukan Mythologi pahlawan idola baru yang menghapus
semua kegundahan hatinya, bagai menemukan mainan baru yang membuatnya ceria,
bagai mendapatkan hujan pasir dan genangan air di kamar yang membuatnya menjadi
pantai, Kastil pasir itu yang dibangunnya bersama ember kecil terlihat indah
dilihat dari berbagai kunci sudutpun. Senang bukan kepayang tersesat didunia
sendiri dengan berteman alphabet yang dua puluh enam itu, mengotak atiknya
menjadi lintasan roller coaster yang kunikmati dengan puas berdampingan dengan
tuts tuts yang selalu indah terdengar saat ditekan dipadu dengan luap luapan
merapi dalam otakku. Indah sekali menikmatinya seperti di dunia ini hanya milik
aku dan kata.
Dengan ditemani rimbunan buku yang beberapa
hari kemarin aku beli di Gramedia, malam ini disentakkan dengan sebuah pesan,
seperti biasa perasaan selalu meluap luap melayang bila handphone berbunyi
langsung saja melayangkan tangan seraya menekan tuts “open” , isi pesannya
biasa namun pesan berentet setelahnya yang membuat aku terpancing untuk berkata
kata.
Oknum : “Aji Alkepoi” (isi pesan abstrak seperti biasa, nama
panggilan yang absurd)
A : “Yaw” (ngejawab seadanya karena biasanya
pesannya ga penting)
A : “Yaw” (ini ngebales ke nomer keduanya
sambil kesel gara gara ga dibales)
Oknum : “aya pameran buku di braga smpe mgu.
Rk kditu om?” (translate: Ada pameran buku di Braga, mau kesana om ?) (OM???????pelissssss)
A : “Hayuh banyak kecengan bukuh sayah teh K***
... Besok yah ? sekalian **** “ (sengaja
disensor biar pada keppo)
Oknum : “Sabtu weh. Bsk kulia + aya tgs euy ..
Hehe” (translate: Sabtu aja. Besok
kuliah + ada tugas nih .. Hehe) (terus kalo lo ada tugas gw mesti bilang
WOOOOOOOW)
A : ”Ogituh, okey sambil makaan makan yah J “ (ya
sekalian lah masa maen ga makan, ya laperrr)
Oknum : ” Tidaa, gueh lg spirit.. Super irit.. J kcuali
gueh mnjem doet Haha” (translate:ah itu pake bahasa indo semua juga cuma pake
bahasa alay) ( curhat pak ? itu sih DL ya )
A : “Hahah kalo cuman *** gue yang traktir
deh” (penasaran ya kenapa di sensor ?
hahah)
Oknum : “Aseek ... Mudah2an tiap mgu ada
pameran.. “ (sebenernya sakit mata kalo baca sms tulisannya kaya gini semua ...
aaah )
A : “Mudah-mudahan?, itu tidak ada, hanya sekedar mitos” (mancing sebenernya buat ngebales
puitis)
Oknum : ”Berawal dari mitos jay! Haha eh sabtu
mh kan ente ke kampus lain ? “ (Mulai nyambung, iya tahun ini saya sudah mulai
kuliah, semua udah mulai nanya nanya, kepoo banget semua...)
A : ”Mitos itu datang mendampingi
ketiadaan...Kampus? Mungkin... aaah kata mungkin selalu datang dengan perasaan
dilema” (ceileh ini so gini tapi jatohnya ko galau ya ????)
Oknum : ”Ketika mitos mungkin menjadi suatu
fakta yang tersamarkan realita. Sungguh kata katamu bagai durjana, membuat saya
termanipulasi oleh suatu karakter berbisa..Haha “ (Yang ini nyambung beneran
berhasil mancingnya, maksudnya gue kobra kali yah ??? )
A : ”Apa boleh buat, turutisajalah apa kata hatimu, aku dengan hatiku,
kamu hanya bingung bukan tersesat, kamu ikuti saja suaraku, menuju duniaku”
(termasuk menyesatkan ga sih ini ???)
Oknum : ”Duniamu bagaikan skripsi dengan penuh
kata kata yang membingungkan dan takkan mudah ditelan tanpa adanya suatu
analisa.. Haha sebaiknya bla bla bla.....*sensor* “ (Pusiiing??? Minum paramex
aja)
A :”Ya jangan kau telan bulat bulat kau akan
muntah, eja saja perkata-nya skripsi dengan sentuhan artistik akan lebih indah
dinikmat...Aku tidak ****** *sensor* (ini ngetik sambil makan tapi ngomongin
muntah, anehnya bisa kuat ya ? )
Oknum : “Mungkin akan cukup menyenangkan bila
muntahan anda itu tepat mengenai muka dosen penguji yang menyebalkan. Atau
mungkin kepada anda yang tidak ingin membagi karya demi kemajuan bersama Hehe “ (disini rasanya kaya di judge deh,
mengkerutlah ni muka sambil nyukur jenggot pake golok)
A : ”Rasanya ada sesuatu di mulutmu yang manis
itu yang bisa kubersihkan menggunakan sendal, Entahlah seperti pesan sms yang
kusimpan di draff handphone tak kunjung kukirim karena mukaku terlanjur merajam
merah” (acieee cieeee mulutmu yang
manissss ... !! *ehh )
Oknum :”Haha mungkin kata kata saya terlalu
kapital dan tidak berarah, sehingga membuat gangguan environtment pada siapapun
yang bersilat lidah. Mungkin hanyalah efek galao pemuda. Hampura hehe “ (akhir
kata sih katanya minta maaf, mulai lega perasaan neh *gelepar*)
A :”Setidaknya tadi saatku mengatakan ‘tidak’,
tidak membuatku tidak menjadi yang tidak tidak, haha terlalu berakrobatik
seperti memuntahkan tanpa memakai tissue” (ini abstrak banget sebenernya sampe
ga ngerti baca-nya juga)
Oknum : “Saya sedang memancing ikan koi yang
terperangkap didalam perut hiu, semakin dipancing semakin terlihat ia akan
pantas keluar lewat semburan air pada punggung hiu, dan memantulkan keindahan
corak warna siripnya oleh cahaya mentari pagi” (waaah terenyuh nih sama kata
kata ini)
A :”Kau fikir kamu Poweranger menyelamatkan
yang lemah, tapi rasanya hiu itu membimbingku berevolusi dulu untuk pantas
beradu dengan rindu diluar sana, terimakasih setidaknya saat keluar nanti aku
tau harus kemana arah jalan pulang” (hiks hiks huft huft asssshhhhh hahah )
Oknum : “Apakah koi itu lemah? Kalau lemah
takkan mungkin dia bisa bertahan dalam perut seekor hiu. Dia mungkin hanya
terperangkap di tempat yang bukan semestinya. Saya bukan Poweranger melainkan
fruitaman yang mencegah koi itu terlanjur tumbuh kumis dalam masa remajanya” (ini korban iklan kali ya ni anak, tapi itu
terakhirnya nyindir kayaknya -_____- )
A :”kapitalnya peraduan katamu melambungkan
peta duniaku, seperti mendapatkan mutiara hitam yang dilegamkan, yang
membuatnya berharga, lalu aku berusaha pulang” (hha ini mulai berakrobatik kata
kata gaya koprol saltoooooooo)
Oknum :”.........................................”
(*kemudian hening* gadibales)
Hah setidaknya terimakasih kepada yang
memicuku untuk berkata kata malam ini, sengaja isi smsnya dibongkar ya hahah
tapi sangat membangun sih, abis kalo disimpen di handphone suka hilang tak
berbekas. Dan aku salah satu pelupa, setidaknya bila ditulis aku akan selalu
mengingat semangat apa yang kau tularkan dalam pesanmu itu, ingatkan saya lagi
kalau saya pelupa. Tak cukup satu paragraf untuk menggambarkan ungkapan
terimakasihku.